Senja Fitri

20.9.09

Inilah matahari di hari pertama bulan Syawal 1430 H. Matahari yang benar-benar fitri bagi saya karena kehadirannya diiringi dengan gema takbir yang berkumandang dari rongga-rongga yang telah meraih 'kemenangan'. Foto ini saya ambil di belakang gardu induk listrik. Kenapa saya ambil lokasi ini? ya...karena saya memang sedang lewat tempat ini dan pas sedang bawa kamera hehehe.... Jadi saya rasa inilah...matahari yang benar-benar matahari. Terbitnya membawa ke perubahan diri, sikap dan perilaku...Minal aidin wal faidzin

Memutih

19.9.09

Takbir bergema di kota ini

Allahu akbar....Allahu akbar....Allahu akbar....

Nah itulah lafadh yang dikumandangkan oleh umat Islam peserta Takbir Keliling hari ini, Sabtu (19/09) yang dimulai pukul 19.30 wib dengan Start adalah aloon-aloon barat. Pada kesempatan itu saya memilih untuk stay di jalan DR (utara Polres) karena lalu lintas memang bener-bener ramai.
Pesertanya mayoritas adalah pelajar mulai dari tingkat SD - SMU bahkan ada yang dari umum. Meriahnya Takbir Keliling ini juga ditandai dengan beraneka ragam ornamen yang disuguhkan peserta. Seperti gambar ini...
Bahkan ada juga yang malah berkostum entah mirip setan ato memang bener-bener setan kaya ini...
Semoga dengan dikumandangkannya Takbir ini maka dimulailah lembaran baru hidup kita. Minal aidin wal faidzin, Mohon maaf lahir bathin....

Bapak dan para batu

6.9.09


Foto ini saya ambil ketika saya dalam perjalanan menuju ke Pacitan (06/09/09). Sekitar 1 km dari gerbang 'Selamat Datang ', saya mulai menemui banyak sekali 'ahli-ahli' batu baik pria maupun wanita. Tetapi yang membuat saya heran kenapa yang ada disana rata-rata 'sudah berumur' (saya klasifikasikan usia 45 th ke atas). Lantas kemana anak mudanya? oh iya, pikir saya adalah yang muda sedang menimba ilmu di sekolahan dan kampus, bekerja di kantoran, wiraswasta, instansai pemerintahan, industri, partai, kantor perwakilan rakyat bahkan ada yang di istana negara. Kemudian saya perhatikan karakter daerah ini, semuanya 'berbatu' dan 'berjurang'. batu-batu cadas yang menjadi dinding alam kota ini mereka kikis setiap hari. Setiap batu yang terkumpul mereka pecah menjadi batu kerikil. Harga jual untuk 1 gundukan (kira-kira 50kg) mereka hargai Rp. 50.000,-. Walah... keringat yang udah keluar ga setara dengan hasil yang di dapat. Jadi saya ambil kesimpulan bahwa "inilah ladang mereka"...merubah batu menjadi rupiah...yang terakhir saya dengar dari mulut si bapak adalah "demi anak cucu "...

Pasir Watukarung

5.9.09


Ini adalah gambaran hamparan pasir putih di Pantai Watu Karung Pacitan.
Thanks a lot buwat Bang AB yg udah rela nganterin ke sana. Sorry bang kalo abis dari sana kita semua sakit karena kecape'an hehehe...